Persepsi Siswa tentang Anak Autis di Kelas Inklusi dan Implikasinya terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling: Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas Inklusi di SMP Negeri 25 Padang

Saat ini pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus termasuk autis telah diatur pemerintah dalam bentuk sekolah inklusi. Sekolah inklusi memiliki banyak manfaat baik bagi anak autis maupun bagi anak normal, diantaranya melatih siswa agar mampu berempati dan menghargai orang lain. Namun pada kenyataannya sebagian siswa merasa takut dan risih terhadap anak autis, hal tersebut tentunya berpengaruh terhadap proses belajar di kelas.
Penelitian ini mendeskripsikan persepsi siswa kelas inklusi tentang anak autis, yang mencakup persepsi tentang gangguan komunikasi, interaksi sosial, perilaku, emosi, fungsi sensori dan pola bermain yang dialami anak autis. Dengan demikian dapat diketahui bagaimana persepsi siswa terhadap anak autis dan nantinya akan diketahui layanan bimbingan dan konseling yang perlu dilaksanakan untuk memperbaiki persepsi siswa yang negatif dan mempertahankan persepsi siswa yang positif terhadap anak autis tersebut.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Populasi penelitian berasal dari kelas inklusi yang terdapat anak autis di dalamnya di SMP Negeri 25 Padang yaitu sebanyak 4 kelas dengan jumlah siswa 115 orang, sampel diambil dari perkiraan sampel yang dikemukakan oleh A.Muri Yusuf berjumlah 89 siswa, untuk menyetarakan sampel masing-masing kelas digunakan proportional random sampling dan untuk menentukan sampel yang akan diteliti digunakan teknik simple random sampling. Penelitian dilaksanakan dengan mengadnimistrasikan instrumen penelitian yang berupa angket kepada siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik persentase.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa 1) sebagian siswa bersepsi positif tentang komunikasi anak autis (54,98%), 2) sebagian besar siswa bersepsi positif tentang interaksi sosial anak autis (73,03%), 3) sebagian siswa bersepsi positif tentang perilaku anak autis (52,81%), 4) sebagian siswa bersepsi positif tentang emosi anak autis (64,42%), 5) sebagian siswa bersepsi positif tentang pola bermain anak autis (66,85%), 6) namun sebagian siswa bersepsi negatif tentang fungsi sensori anak autis (54,68%).
Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka disarankan kepada guru pembimbing untuk menyelenggarakan berbagai layanan yang dapat memperbaiki persepsi siswa yang negatif dan mempertahankan persepsi siswa yang positif tentang anak autis tersebut.