Upaya Guru Bimbingan dan Konseling Mengatai Perilaku Seksual Siswa

Membahas tentang perilaku seksual siswa maka tidak lepas dari peran guru bimbingan dan konseling yang ada di sekolah. Guru bimbingan dan konseling umumnya lebih mengetahui tentang perkembangan siswa. Para pendidik harus menjalankan tugas dan tanggung jawab secara serius dalam mengawasi dan mengontrol siswa baik yang bersifat intern maupun ekstern. Apabila perilaku siswa sudah jauh menyimpang bahkan sudah tidak bisa lagi dikendalikan makan umumnya sekolah yang memberikan hukuman berat kepada anak yaitu dengan skors atau bahkan dikeluarkan dari sekolah. Hukuman tersebut pada dasarnya tidak bisa menyelesaikan masalah anak secara langsung, justru hukuman tersebut semakin membuat anak tersudutkan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana gambaran upaya guru bimbingan dan konseling mengatasi perilaku seksual siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini berjumlah lima orang guru bimbingan dan konseling di SMA Negeri X Bukittinggi. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara. Untuk mendeskripsikan tentang upaya guru bimbingan dan konseling mengatasi perilaku seksual siswa, peneliti menggunakan analisis data melalui tiga tahapan yaitu (1) reduksi data (data reduction); (2) paparan data (data display); (3) penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing /verifying). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tematik dengan melakukan transkrip wawancara yang telah diverbatim. Hasil penelitian ini mengungkapkan bentuk perilaku seksual yang dilakukan siswa mulai dari pegangan tangan, gandengan, rangkulan, pelukan, ciuman, meraba-raba area sensitif, bahkan sampai melakukan hubungan intim. Upaya yang sudah dilakukan guru bimbingan dan konseling mulai dari upaya preventif atau pencegahan melalui layanan klasikal dengan pemberian informasi mengenai perilaku seksual, layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok namun masih belum efektif karena adanya keterbatasan. Selanjutnya upaya kuratif atau pengentasan melalaui layanan konseling individual bagi siswa yang terindikasi melakukan perilaku seksual.