Kontrol Sosial Sekolah Terhadap Married by Accident Pada Siswa SMP N 32 Solok Ambah Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung

Penelitian ini dilatar belakangi oleh ketertarik Peneliti terhadap Married by Accident yang terjadi pada remaja terutama Pelajar, fenomena ini berkaitan langsung dengan bagaimana Kontrol yang dilakukan sekolah terhadap siswa
selama berada dilingkungan sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk Kontrol Sosial Sekolah terhadap Married by Accident pada Siswa SMP N 32 Solok Ambah, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung. Adapun
bentuk-bentuk kontrol yang dilakukan sekolah adalah Dispilinasasi (teguran, pemanggilan kekantor majelis guru dan pemanggilan orangtua) dan Ekstrakurikuler (PRAMUKA dan Vollyball). Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Kontrol Sosial sebagai landasan teorinya. Teori Kontrol Sosial merupakan teori yang dikembangkan oleh Travis Hirashi memperkenalkan konsep tentang social bond
theory terhadap perilaku menyimpang atau kejahatan yang berkembangan ditengah masyarakat. Penelitian ini merupakan penellitian kualitatif dengan tipe penelitian studi kasus dengan jenis studi kasus instrinsik, teknik pemilihan
informan purposive sampling dengan informan sebanyak 15 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara mendalam dan studi dokumentasi yang dianalisis dengan berpedoman pada teknik analisis data interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Married by Accident pada siswa merupakan salah satu permasalahan sosial yang berkembang dilingkungan
masyarakan nagari Solok Ambah. Memiliki faktor-faktor penyebab terjadinya married by accident karena adanya kegagalan suatu lembaga sosial dalam mensosialisasikan suatu nilai terhadap individu sehingga siswa sebagai individu
melakukan perilaku menyimpang. Sementara itu kontrol sosial yang dilakukan sekolah dengan tujuan menindaklanjuti dan meminimalisir perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa selama berada dilingkungan sekolah dalam bentuk 1)
Displinisasi 2) Kegiatan Ekstrakurikuler masih kurang optimal.