Perbandingan Penggunaan Pondasi Tiang Pancang dengan Pondasi Sumuran

Pada tanggal 30 September 2009 Sumatera Barat diguncang gempa dengan kekuatan ±7.9 SR. Gempa ini telah meluluhlantakkan Sumatera Barat khususnya Kota Padang dan sekitarnya. Akibat dari gempa tersebut banyak infrastruktur bangunan yang rusak dan menelan korban jiwa, Salah satu infrastuktur bangunan yang rusak adalah Gedung Dinas Prasarana Jalan, Tata Ruang dan Pemukiman Sumatera Barat, Gedung ini mengalami kerusakan yamg cukup berat pada bangunannya sehingga tidak layak lagi untuk ditempati, akibatnya aktifitas di gedung ini menjadi terhambat dan tidak berjalan sesuai dengan fungsinya. Untuk memulihkan kembali aktifitas perkantoran pada gedung Dinas Prasarana Jalan, Tata Ruang dan Pemukiman Sumatera Barat, maka dibangunlah gedung baru yang lebih baik.
Proyek Rekonstruksi gedung Dinas Prasarana Jalan, Tata Ruang dan Pemukiman Sumatera Barat ini bertujuan untuk menyediakan fasilitas kerja yang aman, nyaman bagi aparatur negara yang bekerja pada gedung ini dan dapat meningkatkan kualitas kerja para pegawai serta mampu menciptakan rasa aman, nyaman bagi pekerja dari ancaman gempa dan tsunami. Pada saat pelaksanaan praktek lapangan industri berlangsung penulis mengamati beberapa jenis pekerjaan seperti pekerjaan pondasi tiang pancang, pekerjaan pile cap, pekerjaan sloof, pekerjaan plat lantai dan pekerjaan kolom.
Pada pelaksanaan praktek lapangan industri ini, penulis banyak menemukan hal-hal baru serta hal-hal yang menjadi masalah selama proyek berlangsung. Adapun masalah tersebut adalah pelaksanaan di lapangan yang tidak sesuai dengan perencanaanya dan penggunaan pondasi tiang pancang pada kedalaman 3,5 m yang menjadi studi kasus dalam proyek akhir penulis, sesuai analisis yang penulis lakukan mengenai penggunaan pondasi tiang pancang dan pondasi sumuran, maka pondasi tiang pancang pada titik A tidak cocok digunakan, sebagai alternatif sebaiknya digunakan pondasi sumuran karena lebih sesuai dengan kondisi di lapangan.