An Analysis of Instructional Media Preparation for Teaching Reading at SMP N 2 Payakumbuh

Media pembelajaran telah berkembang seiring dengan perkembangan teknologi, banyak pilihan alat teknologi yang bisa digunakan guru untuk menunjang proses pembelajaran. Informasi yang dibutuhkan bisa diterima siswa secara akurat dan efisien, sehingga pemahaman siswa bisa lebih ditingkatkan. Guru juga terbantu karena lebih mudah dalam menerangkan informasi yang sukar. Perkembangan tersebut tentunya juga berpengaruh besar dalam proses pembelajaran bahasa Inggris, namun dengan adanya ketersedian fasilitas belum menjamin konten dari media yang digunakan guru sesuai dengan kriteria tujuan pembelajaran bahasa Inggris. Guru harus menyampaikan konten-konten sesuai dengan tuntutan bahwa siswa harus mengetahui bahasa inggris secara otentik. Hal ini akan berguna bagi siswa sebagai landasan ekspektasi sosial, kultural, dan fisikal negara-negara tersebut, sehingga siswa punya pengetahuan dalam melakukan beberapa aktivitas kedepannya. Penelitian ini berguna untuk menganalisa persiapan media pembelajaran bahasa Inggris, khususnya reading. Mulai dari jenis media pembelajaran yang digunakan guru sampai indikator- indikator yang dipenuhi guru sebagai pedoman dalam mempersiapkan media pembelajaran yang baik. Metode yang digunakan berlandaskan pada teori Rudasill tentang jenis-jenis media pembelajaran dan pedoman persiapan media untuk pembelajaran bahasa Inggris yang ditetapkan oleh Pusat Balai Bahasa Nasional di Washington, DC. Instrumen yang digunakan adalah dokumen analisis dan wawancara. Dalam penelitian ini penulis tidak hanya meneliti jenis dan pemenuhan indikator media pembelajaran tapi juga indikator utama agar beberapa pokok penting dari indikator- indikator tersebut bisa terpenuhi. Berdasarkan hasil penelitian, penulis menemukan bahwa 3 dari 5 guru bahasa Inggris di SMP N 2 Payakumbuh menggunakan cetak visual dan tulisan sebagai media pembelajaran, hanya dua orang guru yang menggunakan proyeksi visual. Dan semua guru belum menyajikan konten yang otentik, sehingga guru kelas VII dan VIII hanya mencapai 11% sampai 44 % dari kriteria media yang baik, sedangkan guru kelas IX hampir tidak memenuhi kriteria.