Studi Tentang Pewarna Alam Batik (Studi Kasus di Rumah Batik Krinok Kecamatan Rantau Pandan Kabupaten Muara Bungo Jambi)

Penelitian ini tentang pewarnaan alam batik yang diproduksi di Rumah
Batik Krinok Kabupaten Muara Bungo. Meskipun pewarna sintetis lebih praktis,
Rumah Batik Krinok mempertahankan pewarna alam sebagai pewarna batik.
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan bahan pewarna alam, teknik
pembuatan ekstrak warna alam, teknik pewarnaan batik dengan pewarna alam dan
warna yang dihasilkan dari pewarna alam batik di rumah batik Krinok Kabupaten
Muara Bungo.
Metode penelitian ini kualitatif. Jenis datanya primer dan sekunder.
Informannya pemilik dan pengrajin Rumah Batik Krinok berjumlah 7 orang.
Pengumpulan data dilakukan dengan Teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan model interaktif berkaitan
dengan permasalahan meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data
dan kesimpulan.
Hasil penelitian yaitu bahan alam yang digunakan di Rumah Batik Krinok
terdapat 7 bahan alam yaitu ketapang, mahoni, kulit jengkol, daun sebalik angin,
indigofera, kayu tegeran, daun jambu tangkalak. Penulis hanya meneliti 3
diantaranya daun sebalik angin, kayu tegeran, kulit kayu tingi karena warna ini
banyak digunakan. Teknik pembuatan ekstrak yaitu daun sebalik angin, kayu
tegeran, dan kulit kayu tingi dipotong kecil dengan vlot 1:5 ditambahkan soda abu
sesuai resep pada daun sebalik angin 3 gr/l air, Sedangkan kayu tegeran dan kulit
kayu tingi 5 gr/l air. Bahan direbus, disaring, didinginkan. Fungsi soda abu
mempertajam zat warna alam yang keluar. Proses pewarnaan dengan cara di
celup, direndam (Turkish Redd Oil) terlebih dahulu, kemudian pencelupan warna
alam, selanjutnya pencelupan dengan pengunci. Warna yang dihasilkan daun
sebalik angin Light golden yellow, sedangkan kayu tegeran Sandy brown dan kulit
kayu tingi Paris Daisy yellow.