Panti Asuhan Muhammadiyah Balai Talang Nagari VIII Koto Kecamatan Guguk Kabupaten 50 Kota Tahun 1967-1998.

Skripsi ini merupakan kajian tentang organisasi sosial Muhammadiyah yaitu mengenai Perkembangan panti Asuhan Muhammadiyah Balai Talang di kenagarian Guguak VIII Koto kecematan Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota 1967-1998 berdasarkan periode kepemimpinan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan perkembangan Panti Asuhan Muhammadiyah Balai Talang kecematan Guguak kabupaten Lima Puluh Kota berdasarkan periode kepemimpinan terutama dilihat dari segi perkembangan anak asuh, sarana dan prasarana fisik panti asuhan, dan keuangan panti asuhan Muhammadiyah Balai Talang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah dengan melalui beberapa tahap yaitu pertama heuristik yaitu kegiatan mengumpulkan sumber- sumber baik sumber primer berupa literature, dokumen, dan arsip, foto. Sedangkan sumber sekunder penulis dapatkan dari buku-buku dan skripsi yang menunjang penulisan ini. Wawancara dilakukan dengan para informan yang terdiri dari pengurus Panti Asuhan Muhammadiyah Balai Talang, dan tokoh masyarakat. Tahap kedua yaitu kritik sumber yaitu melakukan pengajian terhadap data-data yang diperoleh melalui kritik internal dan eksternal. Tahap ketiga yaitu analisa dan interpretasi yaitu tahapan menganalisis dan merangkum data- data yang diperoleh di lapangan kemudian dikelompokkan berdasarkan sebab-akibat. Tahap keempat penulisan dalam bentuk skripsi. Dari penelitian ini dapat dikemukakan bahwa Panti Asuhan Muhammadiyah Balai Talang berdiri pada tanggal 1 Januari 1967 dengan perpindahan dari rumah singgah ke Panti Asuhan Muhammadiyah Balai Talang. Sejak berdiri panti asuhan Muhammadiyah telah mengalami perkembangan terutama sekali setelah diterimanya sebidang tanah yang diwakafkan dari Dt.M. Garang yang bertempat di Kubang Tungkek. Perkembangan ini dapat dilihat atas tiga periode kepemimpinan panti asuhan. Pertama, periode kepemimpinan Muhammad Disan (1967-1990) pada awalnya anak asuh relatif sedikit, sarana prasarana belum memadai, keuangan panti lebih banyak digunakan untuk membangun panti asuhan putra di Kubang Tungkek. Kedua, periode kepemimpinan Aminurrasyid (1991-1994) anak asuh sudah berjumlah 53 orang, sarana dan prasarana sudah mengalami kemajuan yaitu sudah digunakannya listrik sebagai sarana penerangan dan sudah adanya sarana komunikasi berupa radio dan surat kabar yang diperoleh dari bantuan Kanwil Departemen Sosial Sumatra Barat yang pada masa kepengursan sebelumya masih sangat kurang, keuangan panti mengalami peningkatan. Ketiga periode kepemimpinan D. Dt. R. Marajo( 19951998 )anak asuh dan keuangan panti asuhan mengalami penurunan