Nilai Sosial Budaya Sistem Religi Jawa dalam Novel Bilangan Fu Karya Ayu Utami

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) nilai sosial budaya
sistem religi Islam santri dalam novel Bilangan Fu karya Ayu Utami. (2) nilai
sosial budaya sistem religi Islam abangan dalam novel Bilangan Fu karya Ayu
Utami. Teori yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian tersebut, antara
lain: (1) hakikat novel, (2) struktur novel, (3) sosiologi sastra, (4) nilai sosial
budaya, dan (5) sistem religi (Islam santri dan Islam abangan).
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif
dengan teknik analisis isi. Data penelitian ini adalah kutipan atau kata-kata tertulis
dari objek yang akan diamati yang menjurus pada nilai sosial budaya sistem religi
Jawa. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Bilangan Fu karya Ayu
Utami yang diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia tahun 2008. Data
dikumpulkan dengan langkah-langkah berikut: (1) membaca novel Bilangan Fu
karya Ayu Utami, (2) menetapkan tokoh utama novel Bilangan Fu karya Ayu
Utami, dan (3) mencatat tuturan dan tindakan tokoh yang dapat diabstraksikan
sebagai data nilai sosial budaya sistem religi Jawa ke dalam format inventarisasi
data. Setelah data dikumpulkan, data-data tersebut dianalisis dengan langkah�langkah berikut: (1) inventarisasi data berdasarkan tujuan pengumpulan data
melalui penelusuran tokoh dan penokohan, (2) mengklasifikasikan data melalui
tuturan/ucapan tokoh, penokohan, yang dapat diabstraksikan sebagai data nilai
sosial budaya sistem religi Jawa yang dapat dikelompokkan atas Islam santri dan
Islam abangan, (3) menginterpretasikan data berdasarkan hubungan sebab-akibat
ucapan dan penokohan tokoh cerita, dan (4) menyimpulkan temuan dan menulis
laporan.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa nilai sosial budaya
sistem religi Jawa dalam novel Bilangan Fu karya Ayu Utami dibagi menjadi dua
golongan, yaitu (1) sistem religi Islam santri, dan (2) sistem religi Islam abangan.
Sistem religi Islam santri ini menitikberatkan ajarannya pada doktrin-doktrin
agama, sedangkan sistem religi Islam abangan menitikberatkan ajarannya pada
sinkretisme kepercayaan-kepercayaan masyarakat Jawa pada masa Pra-Islam.