Suatu Tinjauan terhadap Kelainan Berbicara pada Anak Autis Usia Sebelas Tahun

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kelainan pada anak autis yang seringkali dianggap ‘mengganggu’. Sama halnya dengan karakteristik yang dimiliki anak autis, kelainan berbahasanya pun bukan gangguan. Kelainan hanya merupakan suatu yang berbeda dan tidak merusak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis kelainan berbicara pada anak autis usia sebelas
tahun yang berdomisili di daerah transmigrasi, yakni di desa Sumber Makmur,kecamatan Tapung, kabupaten Kampar, Riau.
Objek penelitian ini adalah kelainan kemampuan berbicara pada autis dan faktor yang mempengaruhi kelainan berbicara tersebut. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri dan pengumpulan data dilakukan melalui observasi
(pengamatan), mengadakan interaksi langsung yaitu peneliti berperan serta dan menggunakan lembar pencatatan. Penganalisisan data dilakukan secara deskriptif.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa anak autis hanya mengalami kelainan kemampuan berbicara dislogia yang berupa kelainan karena tidak mampu mengamati perbedaan bunyi-bunyi yang hampir sama, kelainan berbicara disatria karena gangguan koordinasi otot alat-alat ucap dan
kelainan berbicara dislalia karena tidak mampu membentuk konsep bahasa dengan benar. Anak autis tidak mengalami kelainan berbicara disaudia dan disglosia karena anak autis tidak menderita cacat fisik. Dua faktor yang
mempengaruhi kelainan kemampuan berbicara pada anak autis, yaitu karakteristik autis yang dimiliki oleh responden dalam penelitian ini dan pengaruh keanekabahasaan dalam lingkungan tempat tinggalnya.