Transformasi Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka ke Bentuk Film Cerita Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Sutradara Sunil Soraya: Kajian Ekranisasi

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh maraknya kemunculan novel-novel best seller yang difilmkan di Indonesia serta banyaknya penonton yang tertarik untuk menyaksikan film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck sehingga menyebabkan film tersebut termasuk ke dalam sepuluh besar kategori film dengan jumlah penonton terbanyak selama tujuh tahun terakhir. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan transformasi bentuk dan transformasi isi novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka ke film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Sutradara Sunil Soraya. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Sumber data pada penelitian ini adalah novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka dan film Temggelamnya Kapal Van Der Wijck karya sutradara Sunil Soraya. Teknik pengumpulan data dengan cara: (1) membaca novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka, kemudian dilanjutkan dengan menonton film cerita Tenggelamnya Kapal Van Der Wijckkarya sutradara Sunil Soraya, (2) pengumpulan data tentang transformasi novel ke bentuk film cerita yang dikumpulkan melalui teknik pencatatan dan pengamatan, (3) menginventarisasikan data ke dalam format inventarisasi data. Hasil penelitian ini adalah data dan pembahasan tentang: (1) Transformasi bentuk terjadi dari bentuk novel dalam bahasa verbal ke dalam bentuk film dalam bahasa visual. Transformasi bentuk itu meliputi unsur gaya bahasa, sudut pandang, penokohan, latar, alur, tema dan amanat; (2) Transformasi isi dari bentuk novel ke bentuk film dapat ditemukan pada bagian tema dan amanat. Secara garis umum tema dalam novel tidak jauh berbeda dengan tema dalam film yaitu mengenai hubungan sepasang kekasih yang tidak bisa direalisasikan dalam biduk rumah tangga karena terhalang oleh adat istiadat. Amanat dalam novel dapat dipahami pembaca melalui pemamaparan narator melalui tokoh Zainudin yang tetap memegang teguh cintanya kepada Hayati dan putus asa setelah kematian Hayati sehingga membuatnya sakit sakitan dan juga meninggal dunia. Amanat dalam film juga diwakilkan melalui tokoh Zainudin. Zainudin yang merasa kehilangan setelah kematian Hayati tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihannya, untuk mengenang kepergian Hayati, Zainudin menjadikan rumahnya sebagai rumah yatim piatu yang diberi nama Rumah Yatim Piatu Hayati.