Kepemimpinan Kepala Madrasah Tsanawiyah Swasta (MTsS) Ma’had Islamy Kota Payakumbuh.

Berdasarkan pengamatan awal di lapangan, peneliti melihat bahwa Kepala MTsS Ma’had Islamy Payakumbuh kurang optimal dalam melakukan pengelolaan lembaganya, baik secara akademik maupun kepegawaian. Kondisi ini tentu tidak boleh berlanjut terus jika MTsS Ma’had Islamy mau berubah keadaan yang lebih baik dan lebih modern sebagai lembaga pendidikan yang berkualitas. Penelitian ini meletakkan fokusnya pada: 1) Pelaksanaan kepemimpinan kepala MTsS Ma’had Islamy Payakumbuh; 2) Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kelemahan-kelemahan kepemimpinan kepala MTsS Ma’had Islamy Payakumbuh; 3) Dampak dari kepemimpinan kepala MTsS Ma’had Islamy Payakumbuh. Untuk memperoleh jawaban pertanyaan penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Untuk mengumpulkan data penelitian, peneliti melakukan observasi lapangan, wawancara serta studi dokumentasi. Informan penelitian diperoleh melalui ”purposive sampling” dengan melihat dari keadaan informan yang sangat dekat dan sangat mengenal situasi dan kondisi untuk memberikan informasi yang diperlukan dalam penelitian. Informan mencakup Ketua Yayasan Pendidkan Ma’had Islamy, Pengurus Yayasan Pendidkan Ma’had Islamy Kepala MTsS Ma’had Islamy, Kepala MTsS Ma’had Islamy, Majelis Guru MTsS Ma’had Islamy, Pegawai MTsS Ma’had Islamy, Siswa-siswi MTsS Ma’had Islamy dan Alumni MTsS Ma’had Islamy. Analisis data dilakukan mengikuti langkah langkah yang dianjurkan oleh Miles Huberman yaitu reduksi data, penampilan data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Untuk memperoleh konfirmasi, peneliti menggunakan teknik trianggulasi. Temuan peneliti ini menunjukkan hal-hal sebagai berikut: 1) Hubungan yang dijalin antar karyawan dan guru maupun terhadap kepala sekolah terlihat kurang harmonis. 2) Kepemimpinan kepala sekolah yang kurang mampu mempengaruhi dan mengelola bawahan dengan efekfif dan efisien 3) Kepemimpinan transformasional yang diharapkan belum terwujud disebabkan karena adanya hubungan pribadi antar kepala sekolah dengan yayasan. 4) Kurangnya pengalaman sebagai guru maupun kepala sekolah. 5) Kurangnya kompetensi yang dimiliki dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai kepala sekolah. Sebagai kesimpulan, MTsS Ma’had Islamy Payakumbuh sulit untuk berubah dan meningkat kecuali ada perubahan struktur internal dalam personalia kepemimpinan. Hal ini tidak tertutup kemungkinan jika kepala sekolah mampu melanjutkan pendidikan yang relevan atau mengikuti pendidikan pelatihan sehingga kepala sekolah memiliki kemampuan secara professional dalam dunia pendidikan. Kepala sekolah hendaknya mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan lebih maksimal, sehingga implementasi kepemimpinan transformasional dapat berjalan dengan baik.