Fungsi dan Makna Simbolis Tari Kain dalam Kehidupan Masyarakat Aia Duku Painan Kabupaten Pesisir Selatan

Tari Kain bagi masyarakat Kampung Mudik Aie Duku Kanagarian Painan, merupakan tari tradisional yang sudah ada sejak 130 tahun silam, dengan Tuo tari pertama Angku Kapirin alias Angku Munai kelahiran tahun 1845, sekaligus yang mengembangkan tari Kain. keberadaan tari ini sudah sampai pada pewarisan ketujuh dari satu keluarga. Konsep tari Kain: (1) bertitik tolak dari silat Minangkabau, (2) sebagai filosofi yang mengajarkan tentang moral, etika, dan raso jo pareso. (3) Kain sebagai medium utama, yang dipakai dalam tari ini merupakan simbol spirit hidup. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan berdasarkan teori fungsi dan makna simbolis. Informan penelitian terdiri dari WaliNagari, Tuo tari, Pewaris keenam dan ketujuh tari Kain, pemain adok, penari dan tokoh masyarakat Kampung Mudik Aie Duku Kanagarian Painan ditentukan secara purposive. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik snow ball, dan analisis data mengadopsi langkah-langkah Spradley (1997). Keabsahan data dilakukan dengan keterpercayaan (credibility), keteralihan (transferability), dapat dipercaya (dependability), dan kepastian (comfirmmability) Temuan penelitian dilapangan menunjukkan fungsi tari Kain adalah sebagai berikut: (1) untuk upacara adat seperti pengangkatan penghulu, pesta perkawinan, dan perhelatan anak nagari; (2) ekspresi emosi; (3) pewaris nilai budaya; dan (4) pemersatu masyarakat. Makna simbolis tari Kain dapat dilihat pada jumlah penari, gerak tari, properti, busana, dan syarat-syarat yang digunakan untuk dapatnya tari dipertunjukkan.