Sastra Lisan Marhata- hata Pada Acara Pernikahan di Kenagarian Taruang- taruang Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman

Ikhsan, Chairul (2009) Sastra Lisan Marhata- hata Pada Acara Pernikahan di Kenagarian Taruang- taruang Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman. Bachelor/Skripsi thesis, Universitas Negeri Padang.

[thumbnail of final_B1_CHAIRUL IKHSAN 67237-05-09.pdf] Text
final_B1_CHAIRUL IKHSAN 67237-05-09.pdf

Download (162kB)

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kekhasan yang dimiliki marhata- hata.
Marhata- hata adalah salah satu sastra lisan Batak Mandailing yang merupakan warisan
budaya nasional yang memiliki nilai- nilai yang berharga dan masih berperan bagi
masyarakat Batak Mandailing. Pada setiap acara adat masyarakat Batak Mandailing
selalu melaksanakan marhata- hata. Marhata- hata memiliki struktur syair, struktur
pertunjukan, lingkungan penceritaan, serta fungsi dan kedudukan
tersendiri.Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi dikhawatirkan akan
menyebabkan marhata- hata tidak lagi dikenal oleh generasi muda.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan manggunakan metode
deskriptif. Untuk memperoleh data yang akurat, peneliti mewawancarai langsung
informan dan melakukan pengamatan pada acara marhata- hata. Banyaknya informan
tergantung data yang diperlukan. Informan penelitian ini adalah masyarakat Kenagarian
Taruang- taruang yang mengetahui tentang marhata- hata. Instrumen utama dalam
penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan dibantu tape recorder untuk merekam
informasi dan format wawancara.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Penganalisisan syair dalam
marhata- hata pada acara pernikahan di Kenagarian Taruang- taruang Kecamatan Rao
Kabupaten Pasaman didasarkan pada struktur fisik dan struktur batin.Pendahuluan pada
Marhata- hata ketika mangan sipulut mengucapkan salam, syukur kepada Allah SWT
dan selawat kepada Nabi Muhammad SAW, mengucapkan kata- kata penghormatan
kapada raja dan seluruh hadirin, serta meminta izin raja. Bagian kedua adalah isi yaitu,
menceritakan kisah dari kedua mempelai mulai dari awal berjumpa hingga sampai
kepada acara pernikahan, meminta kepada seluruh hadirin agar dapat membantu dalam
malaksanakan acara pernikahan tersebut. Penutup adalah salam. Marhata- hata pada
acara maupa- upa diawali dengan salam, permisi kepada raja untuk memulai upa- upa,
mengucapkan syukur kepada Allah SWT dan selawat kepada Nabi Muhammad SAW,
Mengucapkan terima kasih kepada seluruh hadirin. Isi dari marhata- hata pada acara
maupa- upa adalah memangil atau mendoakan agar jiwa kembali ke badan untuk
mendapatkan kesehatan, keselamatan, dan reski yang melimpah. Penutup dengan
mengucapkan horas, horas, horas, oleh seluruh hadirin dan salam.
Berdasarkan struktur fisik marhata- hata terdapat kata- kata yang dipilih
sedemikian rupa sehingga menghasilkan bunyi yang enak untuk didengar.Pemilihan
terhadap kata yang menyebabkan daya bayang terhadap sesuatu hal juga ditamukan
dalam syair marhata- hata, yaitu citraan pendengaran, citraan gerak, dan citraan
penglihatan. Dalam syair marhata- hata juga ditemukan kata konkret, yaitu kata- kata
yang dapat membangkitkan citraan dan mengarah kepada arti yang menyeluruh.
Versifikasi yang terdapat pada syair marhata- hata antara lain asonansi / a/ dan / u/, aliterasi / h/, / m/, / n/, / s/, dan / k/, epifora “ nia, tolu, lai, dadaboru”, efoni / a/ dan / m/, /
a/ dan / s/, / a/ dan / n/.
Struktur batin pada syair marhata- hata ditemukan tema, perasaan, nada dan
suasana, amanat. Tema marhata- hata pada waktu mangan sipulut adalah
menyampaiakan sebab terjadinya acara pernikahan, kapan dilaksanakan acara
pernikahan, kapan dilaksanakan acara pernikahan, dan bagaimana cara pelaksanaannya
sedangkan pada waktu maupa- upa temanya adalah memanggil jiwa kembali, agar
mendapat kesehatan, keselamatan, dan reski yang melimpah. Perasaan penyair dalam
sikapnya menghadapi objek tertentu yang diekspresikan ke dalam syair marhata- hata,
yaitu rasa harap, rasa sayang dan cinta. Nada yang muncul pada syair marhata- hata
adalah nada menasehati yang menimbulkan suasana semangat dan nada bercerita yang
menimbulkan suasana yang ceria. Ada beberapa amanat yang terkandung dalam syair
marhata- hata.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dalam marhata- hata pada acara
pernikahan di Kenagarian Taruang- taruang Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman
ditemukan struktur pertunjukan. Struktur pertunjukan marhata- hata ini adalah susunan
acara dari awal sampai akhir. Susunan tersebut sesuai dengan aturan dan tata cara yang
berlaku dan disetujui oleh hatobangon atau raja di daerah tersebut. Mulai dari pokat
sabagas sampai acara maupa- upa selesai.
Lingkungan penceritaan terdiri atas sejarah pertunjukan, pemain, keterlibatan
khalayak, suasana pertunjukan, dan sarana pertunjukan. Berdasarkan informasi dari
informan, marhata- hata berasal dari daerah Utara Sumatera oleh Ompung Tana Robion (
Nenek moyang kita). Pemain marhata- hata biasanya orang yang sudah berusia diatas
tiga puluh tahun atau orang yang dipercaya mampu melaksanakan marhata- hata.
Khalayak atau orang yang secara langsung menyaksikan acara marhata- hata akan
memberi semangat kepada pemain. Disaat acara berlangsung penonton hanya berperan
pasif, pada akhir maupa- upa barulah penonton terlibat dengan mengucapkan horas,
horas, horas. Suasana dalam pertunjukan marhata- hata memperlihatkan hubungan yang
dekat antara keluarga yang mengadakan acara dengan raja, imam khatib, cerdik pandai,
hatobangon, serta seluruh masyarakat. Sarana pertunjukan yang dibutuhkan dalam
melaksanakan acara marhata- hata adalah pakaian adat untuk raja berwarna kuning,
kupiah hitam, dan sehelai kain ulos, pakaian muslim untuk imam khatib.Tempat duduk
raja yaitu amak lampisan. Makanan yang harus ada adalah ketan. Untuk manyurdu
burangir harus disediakandaun sirih, soda, pinang, tembakau, nipah, dan sehelai kain
untuk membungkusnya. Sebagai syarat maupa- upa harus disediakan nasi segenggam,
garam sebutir, telur ayam satu, ayam seekor, akan sesayat, kaki udang sejepit, kain
sehelai, dan daun- daun berwarna merah.
Marhata- hata memiliki fungsi tersendiri bagi masyarakat Batak Mandailing di
Kenagarian Taruang- taruang Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman. Marhata- hata
berfungsi sebagai syiar Islam, fungsi sosial, sebagai alat pendidikan, fungsi adat, dan
sebagai hiburan bagi masyarakat. Marhata- hata juga memiliki kedudukan yang sangat
penting karena memiliki falsafah yang tinggi dan nilai yang sangat berarti bagi
masyarakat serta mengandung pesan- pesan yang bermanfaat bagi pendengar.

Item Type: Thesis (Bachelor/Skripsi)
Subjects: N Fine Arts > NX Arts in general
Divisions: Fakultas Bahasa dan Seni > Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia-S1
Depositing User: Sri Yulianti S.IP
Date Deposited: 20 Nov 2025 02:27
Last Modified: 20 Nov 2025 02:27
URI: https://repository.unp.ac.id/id/eprint/29550

Actions (login required)

View Item
View Item