Mantra Panangka Hujan Ketika Baralek di Kanagarian Kajai Kabupaten Pasaman Barat

Sesuai dengan perkembangan zaman, tardisi mantra sudah jarang
dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan masyarakat modren
beranggapan bahwa tradisi mantra sudah kuno dan tidak cocok lagi diterapkan
dalam lingkungan masyarakat sekarang ini. Dengan makin lonngarnya ikatan
anggota masyarakat modren dengan tradisi lama maka dikhawatirkan bentukbentuk
sastra lisan seperti mantra semakin lama semakin hilang. Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang struktur teks, aspek pendukung
pembacaan mantra dan bagaimana proses pewarisan mantra panangka hujan.
Struktur teks yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagian pembuka, isi, bagian
penutup, sturktur fisik dan struktur batin mantra panangka hujan.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan
metode deskripsi, maksudnya mendeskripsikan data yang diperoleh apa adanya.
Untuk mendeskripsikan struktur mantra, ada beberapa hal penting yang perlu
dikemukakan dalam landasan teori agar penelitian ini menjadi terarah. Hal
tersebut adalah hakikat folklor, jenis folklor, mantra termasuk salah satu jenis
folklor lisan, hakikat mantra, dan struktur mantra struktur teks (yaitu bagian
pembuka, isi, penutup, struktur fisik dan batin), proses pewarisan, dan aspek
pendukung pembacaan mantra).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mantra panangka hujan banyak
menggunakan pilihan kata yang bersifat perintah, rayu dan puja, ancaman serapah,
seru, permintaan dan penegasan. Majas yang banyak ditemukan dalam mantra
panangka hujan adalah majas hiperbola dan repetisi, dan citraan yang banyak
adalah citraan gerak. Sedangkan tema mantra panangka hujan banyak bertemakan
ketuhanan, perasaan si pembaca mantra yaitu rasa ketuhanan, dan nada,
suasananya adalah nada tegas yang bersuasanakan kekhusyukkan terhadap Allah.