Maryati, Rika (2011) Pemaknaan WTS terhadap Diri dan Lingkungan Sosial pada WTS Payo Sigadung (Pucuk) Kelurahan Rawa Sari Kota Jambi. Bachelor/Skripsi thesis, Universitas Negeri Padang.
![final_B1_RIKA_MARYATI_A_73800_60_2011.pdf [thumbnail of final_B1_RIKA_MARYATI_A_73800_60_2011.pdf]](https://repository.unp.ac.id/style/images/fileicons/text.png)
final_B1_RIKA_MARYATI_A_73800_60_2011.pdf
Download (3MB)
Abstract
Lokalisasi Payo Sigadung telah beroperasi selama 42 tahun. Keberadaan
lokalisasi ini tentunya menimbulkan pro dan kontra yang berkepanjangan. Akibat
penolakan dari sebagian masyarakat atas keberadaan mereka juga berpengaruh
pada pemaknaan diri WTS. Sikap masyarakat yang tidak menerima keberadaan
WTS membuat mereka terisolasi sehingga tidak dapat bersosialisasi. Mereka
selalu hidup di bawah tekanan, terbatas dalam hal percaya diri, pergaulan maupun
komunikasi, sehingga mereka memisahkan diri dari lingkungan masyarakat. Hal
ini tentu sangat menarik untuk diteliti, di sini peneliti tertarik untuk mengkaji
mengenai pemaknaan WTS terhadap diri dan lingkungan sosial.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori interaksionisme
simbolik (simbolic interaktionism) yang dikemukakan oleh Herbert Blumer.
Asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa manusia saling menerjemahkan dan
saling mendefenisikan tindakannya. Interaksi antar individu diantarai oleh
penggunaan simbol-simbol, interpretasi atau dengan saling berusaha untuk saling
memahami makna dari tindakan masing-masing. WTS memaknai diri dan
lingkungan sosial karena adanya interaksi dan simbol yang diberikan oleh tamu,
keluarga dan masyarakat yang akhirnya WTS menemukan makna dari tindakan
masing-masing.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe Realistic
Phenomenology. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi partisipasi
dan wawancara mendalam. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
mengambil beberapa informan yaitu 21 orang WTS, 4 orang mucikari, 2 orang
operator Pub dan Karaoke, 3 orang tetangga atau masyarakat, 1 orang anggota sat
pol PP, 1 orang kepala kelurahan, dan 1 orang pegawai kecamatan. Informan
dalam penelitian ini ada 33 orang informan yang diwawancarai tentang makna diri
dan lingkungan sosial WTS. Alasan menggunakan penelitian dengan metode
kualitatif ini untuk memberikan keleluasaan dan kesempatan bagi peneliti untuk
bisa menggali informasi secara lebih mendalam, karena kasus yang diangkat
cukup sensitif.
Temuan di lapangan menunjukkan bahwa beberapa pemaknaan WTS
terhadap diri yaitu usia dan tubuh adalah aset untuk menghasilkan uang. Tubuh
sangat mereka jaga karena merupakan aset terpenting bagi mereka sehingga
mereka rela melakukan hal logis maupun tidak logis demi menjaga tubuh dan
penampilan, maka segala sesuatu yang WTS kerjakan di lokalisasi semua itu di
dasari oleh uang. Agama dimaknai WTS sesuatu yang suci dan sakral. Temuan
mengenai pemaknaan WTS terhadap lingkungan sosial, WTS menjaga hubungan
baik dengan tamu dan memaknai tamu sebagai raja. Perlakuan tamu yang baik
pada WTS membuat mereka seperti menemukan makna hidup yang baik, namun
tamu reseh membuat WTS tidak memiliki makna hidup. Lingkungan lokalisasi
mengeksploitasi WTS lalu WTS menerima stigma-stigma negatif dari masyarakat
serta supermasi hukum tidak tegas.
Item Type: | Thesis (Bachelor/Skripsi) |
---|---|
Subjects: | H Social Sciences > H Social Sciences (General) |
Divisions: | Fakultas Ilmu Sosial > Pendidikan Sosiologi-S1 |
Depositing User: | Sri Yulianti S.IP |
Date Deposited: | 24 Sep 2025 02:59 |
Last Modified: | 24 Sep 2025 02:59 |
URI: | https://repository.unp.ac.id/id/eprint/25306 |