Pengaruh Penambahan Hexana pada Kristalinitas dan Daya Serap Silika Amorf

Silika amorf merupakan padatan silika yang disintesis dari reaksi alkalisilika
yang dapat digunakan dalam bidang adsorbsi, sensor, bidang kedokteran,
sintesis katalis, pemurnian material dan fasa diam untuk kromatografi. Silika
amorf pada umumnya disintesis menggunakan TEOS atau TMOS, tetapi prekusor
ini relatif mahal serta menghasilkan alkohol sebagai efek samping. Na2SiO3
(Natrium Silika) merupakan prekursor silika amorf yang lebih ekonomis dan
mudah didapatkan. Bahan dasar yang banyak mengandung silika seperti batu
rijang dapat disintesis menjadi Na2SiO3. Biasanya silika amorf disintesis hanya
menggunakan prekusor, tetapi pada penelitian ini dilakukan penambahan nheksana
sebagai agen pembesar misel tempat berpolimernya silika, sehingga
membuat ukuran kristal meningkat. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh penambahan voume heksana (0 mL, 5 mL, 7 mL, dan 9
mL), yang disimbolkan dengan SM, SMH5, SMH7, dan SMH9 terhadap sintesis
silika amorf. Silika amorf disintesis menggunakan metoda sol-gel dengan bahan
dasar Na2SiO3 dari batu rijang, P104 sebagai surfaktan, HCl sebagai pelarut dan
n-heksan sebagai zat aditif pembesar ukuran kristal. Silika amorf dikarakterisasi
menggunakan XRD dan analisa daya serapnya secara manual. Hasil pengukuran
menggunakan XRD didapatkan Pola difragtogram sinar-x memperlihatkan puncak
pada sudut SM = 2ϴ = 22,29o yang memiliki ukuran kristal sebesar 13,19 nm,
SMH5 = 25,33o sebesar 13,26 nm, SMH7 = 22,61o sebesar 13,20 nm, dan SMH9
= 21,81o sebesar 13,18 nm, dengan intensitas / kristalinitas tertinggi oleh sampel
SMH5. Kristalinitas yang tinggi pada sampel SMH5 didukung juga oleh daya
serap air yang tinggi diudara terbuka.