Hubungan Intimacy dengan Happiness dalam Kehidupan Berkeluarga Pasangan Dewasa Awal

Kebahagiaan merupakan suatu hal yang menjadi harapan dalam kehidupan. Berbagai upaya dilakukan untuk mencapai kebahagiaan, diantaranya melalui pernikahan atau perkawinan. Dengan menikah, orang-orang memperoleh sumber kebahagiaan yang lebih kompleks namun berbagai macam permasalahan dalam kehidupan berkeluarga menyebabkan pasangan tidak mencapai kebahagiaan sehingga kerapkali terjadi perceraian.
Pasangan yang ingin mencapai kebahagiaan haruslah mencapai hubungan yang intim. Pada hakekatnya pasangan yang intim cenderung untuk merasa bahagia dibandingkan pasangan yang tidak intim. Pemenuhan intimacy digambarkan melalui ketercapaian aspek cinta, kelekatan, pengungkapan diri (self disclosure), serta saling ketergantungan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) intimacy dalam kehidupan berkeluarga pasangan dewasa awal 2) hapiness dalam kehidupan berkeluarga pasangan dewasa awal. 3) hubungan intimacy dengan happiness dalam kehidupan berkeluarga pasangan dewasa awal
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif korelasional, dengan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian adalah 188 pasangan dewasa awal yang menikah pada tahun 2012. Dengan sampel sebanyak 68 pasang, yang dipilih dengan teknik purposive random sampling. Instrumen yang digunakan adalah skala dengan menggunakan model skala Likert. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik statistik deskriptif dan untuk melihat hubungan antara kedua variabel digunakan statistik parametrik yaitu Pearson Correlation Product Moment.
Temuan Penelitian didapatkan 1) secara umum intimacy dalam kehidupan berkeluarga pasangan dewasa awal di kecamatan 2X11 Enam Lingkung kabupaten Padang Pariaman berada pada kategori tinggi. 2) secara umum happiness dalam kehidupan berkeluarga pasangan dewasa awal di kecamatan 2X11 Enam Lingkung berada pada kategori sedang. 3) terdapat hubungan yang positif signifikan antara intimacy dan happiness dalam kehidupan berkeluarga pasangan dewasa awal di kecamatan 2X11 Enam Lingkung dengan nilai koefisien korelasi X dan Y 0,861 dengan taraf signifikansi 0,000.
Berdasarkan temuan penelitian disarankan agar petugas Bimbingan dan Konseling ataupun konselor dapat mengabdikan diri ke ruang lingkup yang lebih luas terutama pada bidang pengembangan kehidupan berkeluarga.