Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Plasma Sawit Air Haji Kecamatan Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat (1989- 2010)

Jorong Air Haji berpotensi di bidang perkebunan, sehingga sebagian besar
masyarakatnya bekerja sebagai petani. Penelitian tentang kehidupan petani pada
umumnya selalu identik dengan kemiskinan, sementara kehidupan petani tidak
statis yang mengalami berbagai perubahan dalam sektor perkebunan sehingga
perlu adanya penelitian sejarah. Penelitian ini mengkaji bagaimana kehidupan
sosial ekonomi petani plasma sawit di Air Haji Kecamatan Sungai Aur Kabupaten
Pasaman Barat (1989-2010). Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah: (1) Bagaimana kehidupan sosial ekonomi petani plasma sawit di Air Haji
(1989-2010)?
Penelitian ini termasuk penelitian sejarah. Oleh sebab itu studi ini
mengikuti metode penelitian sejarah dengan prosedur: (1) Heuristik yaitu mencari
dan mengumpulkan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber tertulis dan
lisan. Sumber lisan berasal dari tokoh masyarakat dan petani plasma. (2) Kritik
sumber yaitu dengan melakukan pengujian terhadap keaslian dan kesahihan
informasi. (3) Interpretasi yaitu menafsirkan dan menghubungkan dari data yang
ada. (4) penulisan hasil penelitian (historiografi).
Bedasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perkebunan sawit
dalam pola plasma ini berasal dari tanah ulayat. Tanah ulayat ini dijadikan
perkebunan kelapa sawit dengan syarat disetujui oleh Pemerintah daerah dan
peran serta ninik mamak setempat. Perkebunan ini menciptakan suatu kerjasama
yang saling menguntungkan, maka ditetapkan suatu perjanjian yang mana
sebahagian hasil penjualan bersih sawit diberikan untuk anggota plasma. Plasma
perkebunan sawit ini, secara langsung maupun tidak langsung telah memicu
perkembangan kehidupan ekonomi petani plasma dan menambah prestise (nilai
tambah masyarakat). Selain itu, Plasma perkebunan sawit ini telah meningkatkan
kehidupan sosial petani plasma, hal itu dapat dilihat dari sarana dan prasarana,
perumahan, serta pendidikan anak-anak mereka. Hal ini disebabkan oleh semakin
berkembangnya teknologi dan adanya dorongan dari pemerintah melalui berbagai
program modernisasi perkebunan.