Resistensi Obat Anti Tuberkulosis (OAT) pada Penderita Tuberkulosis Paru Sekunder di Balai Pengobatan Penyakit Paru (BP4) Lubuk Alung Sumatera Barat

Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit tuberkulosis paru masih menjadi masalah kesehatan di dunia. Di Indonesia sendiri penyakit tuberkulosis menduduki urutan ketiga setelah India dan China dari jumlah penderita tuberkulosis di dunia. Sampai saat ini di berbagai negara masih terjadi peningkatan tuberkulosis paru, hal ini disebabkan salah satunya adalah resistensi obat anti tuberkulosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka resistensi obat anti tuberkulosis (OAT) pada penderita tuberkulosis paru sekunder dengan BTA positif dan karakteristik penderita tuberkulosis paru sekunder dengan BTA positif. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai Desember 2011 di Laboratorium Mikrobiologi Balai Pengobatan Penyakit Paru (BP4) Lubuk Alung Sumatera Barat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sputum penderita tuberkulosis paru sekunder basil tahan asam (BTA) positif di Balai Pengobatan Penyakit Paru (BP4) Lubuk Alung Sumatera Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 10 sampel belum ditemukan resistensi obat anti tuberkulosis (OAT) pada penderita tuberkulosis paru sekunder di BP4 Lubuk Alung Sumatera Barat dan hasil dari sputum penderita tuberkulosis paru dengan BTA positif 70 % terdapat pada laki-laki dan 30% terdapat pada perempuan. Penderita terbanyak adalah usia produktif kelompok umur 15-50 tahun. Tingginya jumlah penderita laki-laki disebabkan kebiasaan merokok (70%) dan mengkonsumsi minuman beralkohol (20%) serta pernah riwayat kontak penyakit 60%.