Tinjauan Mandi Kasai Pengantin Adat di Kota Lubuklinggau Sumatera Selatan

Framesti, Celin (2020) Tinjauan Mandi Kasai Pengantin Adat di Kota Lubuklinggau Sumatera Selatan. Bachelor/Skripsi thesis, Universitas Negeri Padang.

[thumbnail of B1_2_CELIN_FRAMESTI_16078003 _3686_2020.pdf] Text
B1_2_CELIN_FRAMESTI_16078003 _3686_2020.pdf

Download (7MB)

Abstract

Mandi Kasai adalah mandi pengantin yang dilakukan setelah acara
persedekahan dan tamu telah pulang ke rumah masing masing atau lebih
tepatnya dilakukan pada sore hari yang disaksikan oleh teman dan kerabat
mereka, sebagai pertanda sepasang kekasih calon pengantin akan meninggalkan
masa remaja dan membersihkan jiwa dan raga sepasang kekasih yang akan
menikah. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mendeskripsikan tahapan mandi kasai,
2) mendeskripsikan makna dalam setiap tahapan mandi kasai, 3) mendeskripsikan
bagaimana tata rias wajah pengantin mandi kasai di kota Lubuklinggau Sumatera
Selatan.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan metode deskriptif. Instrumen
penelitian ini adalah peneliti sendiri dan dibantu dengan instrumen pendukung
seperti panduan wawancara, dan kamera foto. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Langkah-langkah
untuk menganalisis data adalah pengumpulan data, reduksi data dan penarikan
kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rangkaian upacara adat mandi kasai
memiliki banyak tahapan yang diatur oleh pelara, yang dimulai dari bearak atau
iring-iringan pengantin menuju sungai, betelesan yaitu bertukar baju untuk mandi,
belanger yaitu menyucikan diri dengan jeruk nipis, siram-siraman yaitu
menyiramkan air ke pengantin, nyehe yaitu memakan sirih, sambut pengantin
yaitu menyambut kepulangan pengantin dari sungai, nyopi atau menyuapi, cacapcacapan, dan nikah adam atau nikah adat. Dalam setiap tahapan upacara adat
mandi kasai memiliki makna yang luas dan memiliki harapan untuk pengantin.
Tata rias pengantin dimulai dari belanger yaitu menyucikan diri dengan jeruk
nipis, foundation, bedak tabur, bingkai alis, eye shadow, bulu mata palsu, blush on
dan lipstick. Sementara pemasangan pakaian dimulai dari pemasangan rok kain
songket, memasang dodot, memasang kain jumputan, dilanjutkan dengan
memasang sanggul, memasang gandik, tapung, cempako, sumping, kalung tapak
jajo, dan diakhiri dengan memasang pending. Tata rias ini juga memiliki makna
yang luas. Maka disarankan untuk dapat melestarikan tradisi budaya yang sudah
diwariskan oleh nenek moyang dan memperkenalkan kepada masyarakat luar
tentang budaya lubuklinggau, khusus tentang mandi kasai yang ditinjau dari segi
tata rias, dan maknanya.

Item Type: Thesis (Bachelor/Skripsi)
Uncontrolled Keywords: Mandi Kasai
Subjects: G Geography. Anthropology. Recreation > GT Manners and customs
Divisions: Fakultas Pariwisata dan Perhotelan > Pendidikan Tata Rias dan Kecantikan-D4
Depositing User: Mulida Djamarin S.Sos
Date Deposited: 27 May 2025 05:32
Last Modified: 27 May 2025 05:32
URI: https://repository.unp.ac.id/id/eprint/12562

Actions (login required)

View Item
View Item