Pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal dalam Pembelajaran Sosiologi di SMA Kota Padang

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran Sosiologi yang ditetapkan di SMA Kota Padang tergolong tinggi, sedangkan dari segi ketercapaian rendah. Namun guru tetap mengusahakan nilai peserta didik mencapai KKM yang telah ditetapkan di sekolah. Dalam hal ini guru sebagai perencana dan implementator memiliki strategi pencapaian yang berbeda-beda dalam pencapaian KKM. Strategi pencapaian KKM pada pembelajaan Sosiologi ditinjau dari proses pembelajaran, ketersediaan sumber belajar, dan proses penilaian. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Strategi Pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SMA Kota Padang. Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teori struktural fungsional yang dipaparkan oleh Talcott Parsons yang dikenal dengan skema AGIL. Fungsi menurut Parsons adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Padang, SMA N 12 Padang dan SMA Pembangunan Laboratorium UNP. Penelitian pencapaian kriteria ketuntasan minimal dalam pembelajaran sosiologi di SMA kota Padang dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Pemilihan informan dilakukan secara purposive sampling dengan jumlah informan 29 orang. Informan penelitiannya adalah guru mata pelajaran Sosiologi, kepala sekolah, wakil kurikulum, mahasiswa yang melakukan praktek lapangan kependidikan, dan peserta didik. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan model analisis Miles dan Huberman dengan langkah-langkah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, kesimpulan, dan laporan hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan secara umum bahwa terdapat beberapa strategi yang dilakukan oleh guru dalam pencapaian KKM dalam pembelajaran Sosiologi di SMA kota Padang. Adapun strategi yang dilakukan guru adalah: pertama, melakukan proses pembelajaran yang bervariasi, dimana guru memvisualisasikan berbagai model, metode dan media pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman peserta didik. Kedua, memfasilitasi sumber belajar, pihak sekolah bersama guru menyediakan buku sebagai sumber belajar, dan menyediakan fasilitas yang mendukung proses pelaksanaan pembelajaran Sosiologi seperti proyektor, tv dan komputer. Selain itu, ketersediaan sumber belajar dan fasilitas belajar antara sekolah swasta dan sekolah negeri memiliki perbedaan yaitu Sumber belajar dan fasilitas pendukung di sekolah swasta lebih lengkap dibandingkan dengan sekolah negeri. Ketiga, melakukan proses penilaian yang otentik, dimana guru melakukan penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dalam hal ini guru dan pihak sekolah menerapkan formula penilaian yang berbeda-beda agar tercapai KKM yang telah ditetapkan.