Rabab Tradisional Pasisia dan Pertunjukkan Orgen di Nagari Sungai Tunu Barat

Penelitian ini di latarbelakangi ketika peneliti melakukan pengamatan terhadap rabab tradisional pasisia di Nagari Sungai Tunu Barat, Kecamatan Ranah Pesisir, Kabupaten Pesisir Selatan. Peneliti menemukan permasalahan terhadap eksisitensi rabab tradisional pasisia dan pertunjukkan orgen, nilai – nilai yang terdapat dalam rabab tradisional pasisia dan orgen dan dampak negatif pertunjukkan orgen. Pentingnya penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana rabab tradisional pasisia dan pertunjukkan orgen yang terdapat di Nagari Sungai Tunu Barat. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Informan penelitian ini adalah pemain rabab, tokoh masyarakat, masyarakat, generasi muda dan wali nagari. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah pengambilan sampel dengan memilih informan berdasarkan pengalaman dan pengetahuan di bidang rabab. Teknik pengumpulan data dilakukan menggunakan observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Selanjutnya data dianalisis melalui analisis deskriptif. Berdasarkan hasil temuan di lapangan menunjukkan bahwa, 1. Eksistensi rabab tradisional pasisia di nagari sungai tunu barat sudah mulai hilang dari aspek pertunjukkan, tokoh (pemain) rabab dan kaderisasi rabab tradisional pasisia. 2. Nilai – nilai yang terdapat dalam rabab tradisional pasisia yaitu, (a) Nilai Moral yaitu nilai pembentukan sikap masyarakat melalui tradisi barabab ini berdasarkan pada kaba dan cerita yang disampaikan oleh pemain rabab, (b) Nilai Agama yaitu nilai yang berupa pesan dan nasihat tentang agama yang disampaikan oleh pemain rabab melalui kaba, (c) Nilai Sosial yaitu nilai kebersamaan atau interaksi sosial yang terjalin antara masyarakat. Nilai – nilai yang terdapat dalam Orgen yaitu nilai seni, nilai seni adalah nilai keindahan yang dihasilkan oleh orgen dari lagu dan musik yang ditampilkan 3. Dampak negatif orgen ada 2 aspek yaitu (a) Perilaku hedonis, bahwa terdapat perilaku masyarakat yang boros dalam mengadakan pesta, masyarakat yang suka berpoya – poya menghabiskan uang untuk berjudi (b) Dekadensi moral, bahwa terjadinya kemunduran moral masyarakat yaitu adanya pergaulan bebas remaja, tidak adanya batasan dalam berpakaian bagi perempuan.