Kekerasan Verbal dalam Pilkada DKI Jakarta: Kajian Sosio-Pragmatik-Wacana

Agustina, Agustina and Syahrul, Syahrul and Atmazaki, Atmazaki (2017) Kekerasan Verbal dalam Pilkada DKI Jakarta: Kajian Sosio-Pragmatik-Wacana. Project Report. FBS UNP, Padang.

[img]
Preview
Text
B-1 2017 KEKERASAN VERBAL Th I.pdf

Download (3MB) | Preview

Abstract

Dalam sejarah Pilkada di tanah air, Pilkada DKI 2017 adalah yang paling heboh, fenomenal, dan kontroversial tidak tidak hanya sarat dengan muatan politik, tetapi juga berimplikasi pada penggunaan bahasa sebagai sarana politiknya. Bahasa dalam wacana politik di media massa tidak selalu dipakai untuk kejernihan makna sebab sudah dimanipulasi untuk kepentingan elite politik dan kelompok tertentu, sehingga terjadi rekayasa bahasa dan penyimpangan fungsi bahasa sebagai alat kerja sama. Bertolak dari kenyataan yang demikianlah, penelitian ini penting dilakukan dengan tujuan untuk (1) mengungkap kekerasan verbal dalam penggunaan unsur-unsur kesantunan oleh para politikus/elit politik dan masyarakat, serta (2) merepresentasikan tingkat kesantunan para politikus/elit politik dan masyarakat dalam wacana Pilkada DKI Jakarta 2017, baik di media massa, dalam debat Pilkada, maupun di media sosial. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode analisis isi (content analysis) dan parameter klasifikasi kesantunan (scale of politeness). Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan didapat simpulan sebagai berikut. (1) Tingkat kesantunan para politikus dalam pernyataannya di portal berita online secara umum berada pada kategori ‗kurang santun‘, sedangkan tingkat kesantunan para politikus sebagai paslon gubernur dalam Debat Pilkada DKI secara umum berada pada kategori ‗agak santun‘. (2) tingkat kesantunan masyarakat dalam mengomentari berita Pilkada DKI 2017 di media sosial secara umum berada pada kategori ‗tidak santun‘‘; demikian juga tingkat kesantunan masyarakat pendukung paslon di akun komunitasnya secara umum berada pada kategori ‗tidak santun‘. Ternyata, bahasa sebagai alat politik bisa menjadi tidak bernilai karena jatuh menjadi sarana untuk mengumpat, mencaci-maki, dan menelanjangi kejelekan orang lain; bahkan sebagai alat untuk mengobarkan konflik, kebencian, sentimen SARA, dan pembunuhan karakter. Karena itu, para elite politik harus memberikan contoh kepada publik bagaimana berkomunikasi yang baik dengan membangun tradisi berbahasa yang santun dalam berpolitik dan berpemerintahan sebab bahasa merupakan nafas dalam komunikasi yang berlandaskan pada logika kebenaran. Demikian juga halnya bagi masyarakat, ‗kebebasan berekspresi‘ dalam kemajuan teknologi informasi sesungguhnya sangat patut untuk disyukuri, namun tidak dinodai dengan pengertian ‗bebas lepas tanpa batas‘, tetapi sesungguhnya adalah ‗bebas yang terbatas‘ baik dari segi etika, agama, dan juga kaidah berbahasa, lebih-lebih di media massa dan media sosial.

Item Type: Monograph (Project Report)
Subjects: P Language and Literature > PL Languages and literatures of Eastern Asia, Africa, Oceania
Divisions: Fakultas Bahasa dan Seni > Sastra Indonesia - S1
Depositing User: Mrs. Wiwi Sartika
Date Deposited: 31 Aug 2018 07:13
Last Modified: 31 Aug 2018 07:13
URI: http://repository.unp.ac.id/id/eprint/16404

Actions (login required)

View Item View Item