Yunisha, Wieke Rahma (2016) Baju Kuruang Basiba Suatu Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Minangkabau. Bachelor/Skripsi thesis, Universitas Negeri Padang.
![B1_2_WIEKE_RAHMA_YUNISHA_1101709_3803_2016.pdf [thumbnail of B1_2_WIEKE_RAHMA_YUNISHA_1101709_3803_2016.pdf]](https://repository.unp.ac.id/style/images/fileicons/text.png)
B1_2_WIEKE_RAHMA_YUNISHA_1101709_3803_2016.pdf
Download (4MB)
Abstract
Skripsi ini mengkaji tentang baju kuruang basiba sebagai salah satu dari kearifan lokal masyarakat Minangkabau. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana dinamika dari perkembangan baju kuruang basiba sejak masuknya Islam ke Minangkabau sampai dengan sekarang. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan sejarah dengan melakukan empat tahap, yaitu: (1) Heuristik yaitu mencari dan mengumpulkan data melalui sumber primer dan sumber sekunder. (2) Kritik Sumber yaitu melakukan pengujian terhadap data yang diperoleh. (3) Interpretasi data yaitu penafsiran yang berkaitan dengan fakta sejarah. (4) Historiografi yaitu penulisan hasil penelitian dalam bentuk skripsi. Data yang diperoleh dari sumber tertulis dan lisan. Sumber tertulis dilakukan melalui studi pustaka berupa buku dan dokumen. Sumber lisan diperoleh melalui wawancara dengan orang yang mengerti dengan penelitian yang penulis lakukan, seperti bundo kanduang Pasaman Barat Hj. Rosni Latief, Mak Katik, dan anggota masyarakat yang paham dengan kajian penulis. Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa baju kuruang basiba merupakan salah satu kearifan lokal dari masyarakat Minangkabau. Cara berpakaian dapat memperlihatkan identitas dari suatu kelompok, pakaian berperan besar dalam menentukan citra seseorang. Lebih dari itu, pakaian adalah cerminan dari identitas, status, hierarki, gender, memiliki nilai simbolik, dan merupakan ekspresi kalangan tertentu. Pakaian juga mencerminkan sejarah, hubungan kekuasaan, serta perbedaan dalam pandangan sosial, politik, dan religius. Dengan kata lain, pakaian adalah kulit sosial dalam kebudayaan. Baju kuruang basiba salah satunya, merupakan identitas dari perempuan Minangkabau. Baju kuruang basiba pertama sekali diperkenalkan oleh Rahmah El Yunussiyah di dalam Perguruan Diniyah Puteri Padang Panjang. Baju kuruang basiba berkembang sampai ke luar Minangkabau, seperti Yogyakarta dan Malaysia. Baju kuruang basiba mulai dianggap sebagai identitas perempuan Minangkabau karena dianggap memenuhi syarat, sesuai dengan falsafah orang Minangkabau yaitu adat basandi syara‟, syara‟ basandi kitabullah. Baju kuruang basiba sempat kehilangan pamor pada masa Orde Baru, hal itu disebabkan karena dilakukannya penyeragaman pemakaian baju kebaya oleh ibu Tien Soeharto. Namun, setelah lengsernya pemerintahan Soeharto, dikeluarkanlah UU no. 22 tahun 1999 yang lebih dikenal dengan UU otonomi daerah, sistem pemerintah berubah dari sentralisasi menjadi disentralisasi. Pemerintahan desa kembali ke nagari. Sejak saat itu, mulai ada keinginan orang Minangkabau dan sebagian pejabat daerah untuk melestarikan kembali pemakaian baju kuruang basiba.
Item Type: | Thesis (Bachelor/Skripsi) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Baju Kuruang Basiba, Kearifan Lokal, Minangkabau |
Subjects: | D History General and Old World > DS Asia G Geography. Anthropology. Recreation > GN Anthropology G Geography. Anthropology. Recreation > GT Manners and customs |
Divisions: | Fakultas Ilmu Sosial > Pendidikan Sejarah-S1 |
Depositing User: | KEISHA KEISHA |
Date Deposited: | 02 May 2025 07:43 |
Last Modified: | 02 May 2025 07:43 |
URI: | https://repository.unp.ac.id/id/eprint/9661 |