Rani, Mustika (2024) Pengetahuan Masyarakat Mengenai Makam Keramat Datuak Parpatiah Nan Sabatang, Studi Etnosains, di Nagari Selayo Sumatera Barat. Skripsi thesis, Universitas Negeri Padang.
|
Text
B1_04_MUSTIKA_RANI_20058029_6313_2024.pdf Download (52MB) | Preview |
Abstract
Latar belakang penelitian Filsafat adat Minangkabau menurut tambo berasal dari pemikiran dua orang bersaudara yaitu Datuak Ketamanggungan dan Datuak Parpatiah Nan Sabatang. Keduanya dikenal sebagai pelopor adat istiadat alam Minangkabau. Datuk Ketamanggungan membentuk lareh Koto Piliang, sedangkan Datuak Parpatiah Nan Sabatang membentuk lareh Bodi Caniago. Kedua sistem lareh ini dikenal dengan sebutan Lareh Nan Duo (laras yang dua). Kedua tokoh inilah yang membentuk dan menata adat dan budaya Minangkabau. Datuak Parpatiah Nan Sabatang merupakan orang yang mendirikan tatanan adat Minangkabau di Nagari Selayo. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan menggali pengetahuan masyarakat mengenai makam keramat Datuak Parpatiah Nan Sabatang. Teori dalam penelitian adalah teori etnosains dari James Spradley. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dianalisis dengan teori etnosains oleh James Spradley. Teknik pemilihan informan dengan purposive sampling dengan jumlah informan 19 orang. Data dikumpulkan dengan metode observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Analisis data menggunakan model analisis model James Spradley. Hasil Penelitian ini memperlihatkan pengetahuan masyarakat mengenai makam keramat Datuak Parpatiah Nan Sabatang yaitu; pengetahuan masyarakat mengenai bunyi atau dentuman di makam keramat Datuak Parpatiah Nan Sabatang, menunjukkan adanya anggota masyarakat yang melakukan perbuatan maksiat, pengetahuan masyarakat mengenai pertanda terjadi musibah, peristiwa dapat dilihat dari arah patahan ranting pohon beringin yang ada di makam, apabila ranting pohon patah sebelah kanan maka akan terjadi musibah dari desa sebelah kanan pohon tersebut dan begitu juga sebaliknya. Pengetahuan masyarakat mengenai manfaat pohon beringin, dan pengetahuan masyarakat mengenai tongkat Datuak Parpatiah Nan Sabatang. Pohon beringin yang terdapat di perbatasan antara kota Solok dengan Nagari Selayo merupakan tongkat Datuak Parpatiah Nan Sabatang yang beliau bawa dari tanah Jawa. Masyarakat mengetahui bahwa tongkat tersebut memiliki sifat “patah tumbuah hilang baganti” yang memiliki arti apabila patah maka akan tumbuh kembali.
Item Type: | Thesis (Skripsi) | ||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Contributors: |
|
||||||||||||
Subjects: | G Geography. Anthropology. Recreation > GN Anthropology H Social Sciences > HM Sociology |
||||||||||||
Divisions: | Fakultas Ilmu Sosial > Pendidikan Sosiologi- Antropologi - S1 | ||||||||||||
Depositing User: | Sudia Ajjronisa S.Sos. | ||||||||||||
Date Deposited: | 14 Oct 2024 03:42 | ||||||||||||
Last Modified: | 14 Oct 2024 03:42 | ||||||||||||
URI: | http://repository.unp.ac.id/id/eprint/54484 |
Actions (login required)
View Item |