Ujaran Kebencian Warganet terhadap Tokoh Politik di Akun Instagram Tokoh Politik: Analisis Linguistik Forensik

Apriyani, Ema (2023) Ujaran Kebencian Warganet terhadap Tokoh Politik di Akun Instagram Tokoh Politik: Analisis Linguistik Forensik. Skripsi thesis, Universitas Negeri Padang.

[img]
Preview
Text
B1_02_EMA_APRIYANI_19017012_8791_2023.pdf

Download (9MB) | Preview

Abstract

Penelitian ini bertujuan: (1) menjelaskan jenis-jenis ujaran kebencian dalam kolom komentar instagram tokoh politik, (2) menjelaskan satuan lingual yang digunakan untuk mengungkap jenis ujaran kebencian dalam kolom komentar instagram tokoh politik. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Data dalam penelitian ini adalah penggalan-penggalan tuturan yang diduga mengandung ujaran kebencian yang dituturkan oleh warga net di akun Instagram tokoh politik. Sumber data penelitian ini adalah postingan Instagram dalam akun @presidenmegawati, @fahrihamzah, dan @rocky.gerung_ yang diunggah dari bulan Juni hingga Desember 2022. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri dan juga menggunakan instrumen bantu, yaitu alat tulis, buku, dan laptop. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah metode simak dengan teknik dasar dan teknik lanjutannya. Teknik pengabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi. Data dianalisis dengan menggunakan model Miles dan Huberman, dengan cara deskriptif kualitatif yang terdiri atas tiga tahap, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan dua hal pokok. Pertama, Jenis ujaran kebencian dalam kolom komentar instagram tokoh politik yang ditemukan dalam penelitian ini terdiri dari penghinaan, pencemaran nama baik, provokasi, penghasutan, dan penyebaran berita bohong. Ujaran kebencian penghinaan ditemukan sebanyak 47 ujaran, contohnya orang ga penting, bagong, nenek peot, muka kek banteng, anjing, obesitas, badut tua, reborn penjilat, bangsat, dll. Kemudian, ujaran kebencian pencemaran nama baik ditemukan sejumlah 9 ujaran, contohnya: ratu korupsi, lonte, korupsi, menjajah, homo tua, dll. Sementara itu, ujaran kebencian provokasi ditemukan sejumlah 10 ujaran, contohnya: saya kira sudah mati, dia perusak bangsa, ujungnya menjilat kan bosqu, dll. Selanjutnya, ujaran kebencian penghasutan ditemukan sejumlah 1 ujaran, contohnya: ayo kita rakyat Indonesia harus bersatu untuk membully Megawati. Terakhir, ujaran kebencian penyebaran berita bohong ditemukan sejumlah 11 ujaran, contohnya: lu jadi presiden, diem-diem, jalan sono sini make kas negara dianggap kunjungan negara padahal itu cara korupsi, dll. Ujaran kebencian yang paling banyak digunakan adalah penghinaan, yaitu sejumlah 60,25% ujaran; selanjutnya, ujaran kebencian kedua yang dominan digunakan adalah penyebaran berita bohong, yaitu sejumlah 14,10% ujaran; ujaran kebencian ketiga yang dominan digunakan adalah provokasi, yaitu sejumlah 12,82% ujaran; ujaran kebencian keempat yang dominan digunakan adalah pencemaran nama baik, yaitu sejumlah 11,53% ujaran; dan ujaran yang paling sedikit digunakan adalah penghasutan sejumlah 1,28% ujaran. Kedua, ditemukan tiga satuan lingual ujaran kebencian dalam kolom komentar instagram tokoh politik yaitu ujaran kebencian berbentuk kata, ujaran kebencian berbentuk frasa, ujaran kebencian berbentuk klausa, dan ujaran kebencian berbentuk kalimat. Adapun Satuan lingual yang ditemukan dalam penelitian ini adalah ujaran kebencian berbentuk kata sejumlah 13 ujaran, contohnya: anjing, lonte, obesitas, diem-diem, menjajah, dll. Kemudian, ujaran kebencian berbentuk frasa sejumlah 12 ujaran, contohnya: si mbok, daripada Fahri Hamza, vampire ngisap darah, dll. Selanjutnya, ujaran kebencian berbentuk klausa ditemukan sejumlah 20 ujaran, contohnya: kapan matinya nek?, kau bikin narasi fiksi, dia perusak bangsa, kau itu hanya residu, negara sendiri belum damai, dia aja gak cerdas, merasa paling benar seplanet bumi, dll. Terakhir, ujaran kebencian berbentuk kalimat sejumlah 33 ujaran, contohnya: rombongan orang ga penting, rombongan pemakan rumput savanna, tiga serangkai calon penghuni nerakaa jahanam, bego dipiara, loh ibu Megawati masih hidup toh? Kira saya sudah meninggal, dll. Satuan lingual yang paling banyak digunakan adalah ujaran kebencian berbentuk kalimat, yaitu sejumlah 42,30% ujaran; selanjutnya, satuan lingual kedua yang dominan digunakan adalah ujaran kebencian berbentuk klausa, yaitu sejumlah 25,64% ujaran; satuan lingual ketiga yang dominan digunakan adalah ujaran kebencian berbentuk kata, yaitu sejumlah 16,66% ujaran; dan satuan lingual yang paling sedikit digunakan adalah ujaran kebencian berbentuk frasa sejumlah 15,38% ujaran.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Contributors:
ContributionContributorsEmail
Thesis advisorAgustina, AgustinaUNSPECIFIED
CorrectorErmanto, ErmantoUNSPECIFIED
CorrectorManaf, Ngusman AbdulUNSPECIFIED
Subjects: P Language and Literature > P Philology. Linguistics
Divisions: Fakultas Bahasa dan Seni > Sastra Indonesia - S1
Depositing User: Sudia Ajjronisa S.Sos.
Date Deposited: 18 Jan 2024 04:49
Last Modified: 18 Jan 2024 04:49
URI: http://repository.unp.ac.id/id/eprint/49730

Actions (login required)

View Item View Item