Nopri, Ari
(2023)
Generasi Z dalam Seni Lukis Kontemporer.
Skripsi thesis, Universitas Negeri Padang.
Abstract
Di era modern ini, pertumbuhan tempat nongkrong atau kafe semakin menjamur
dan berkembang dimana-mana, salah satunya di kota Bukittinggi. Seiring dengan
perkembangan inovasi, kafe juga mengalami banyak perubahan, mulai dari
fasilitas, desain dan konsep seperti konsep live music, hingga penyediaan
makanan, modernitas, dan minuman sehingga nilai kafe lebih tinggi dan lebih
tinggi. eksklusif. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian konsumen yang
datang khususnya kaum milenial sebagai tempat mereka bersenang-senang, hang
out dan menghabiskan waktu luang. Kegiatan tersebut merupakan kebiasaan
generasi Z yang dilakukan untuk kepuasan sehingga berdampak pada gaya
hidupnya yang konsumtif. Sifat Z cenderung impulsif dan peka terhadap inovasi
baru yang mendukung gaya hidup konsumtif. Jadi berkunjung ke kafe bukan
karena kebutuhan tapi keinginan. Hal ini menunjukkan bahwa kunjungan ke kafe
tidak lagi didasarkan pada nilai guna tetapi pada nilai rambu-rambu yang ada di
kafe tersebut sehingga aktivitas konsumsi dan fungsi kafe mengalami pergeseran.
Penelitian ini menggunakan teori konsumsi Jean Baurdillard dengan metode
kualitatif dan pendekatan studi kasus. Informan dalam penelitian ini adalah
pengunjung kafe Foresthree dengan rentang usia 20 hingga 50 tahun. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan observasi, dokumentasi dan studi literatur.
Hasil kajian penelitian menunjukkan bahwa generasi Z yang berada di kafe
Foresthree dapat menghabiskan waktunya di kafe tersebut berjam-jam hingga
larut malam dan menghabiskan uang untuk nongkrong di kafe Foresthree seperti
mengonsumsi makanan dan minuman modern. Nilai eksklusif juga berdampak
pada fashion yang mereka kenakan saat berkunjung, seperti baju, tas, dan jam
tangan dengan merk mahal. Dapat disimpulkan bahwa Foresthree digunakan
sebagai sarana representasi untuk menciptakan status sosial melalui nilai-nilai
yang terkandung dalam kafe tersebut. Melalui hal tersebut, para milenial kerap
mengekspos kehadirannya di media sosial saat berkunjung dan juga
menjadikannya konsumsi publik. Dalam pengertian lain, dapat dikatakan bahwa
kegiatan konsumsi tidak lagi didasarkan pada nilai guna tetapi pada nilai tanda
dan realitas semu dan maya yang dianggap lebih nyata.
Actions (login required)
|
View Item |