Mbah Djojo Suparto: Mandor Perkebunan di Halaban dalam Dinamika Pelaku PDRI

Sari, Resta Yulia Permata (2019) Mbah Djojo Suparto: Mandor Perkebunan di Halaban dalam Dinamika Pelaku PDRI. Skripsi thesis, Universitas Negeri Padang.

[img]
Preview
Text
A_02_RESTA_YULIA_PERMATA_SARI_4204_14046083_2019.pdf

Download (412kB) | Preview

Abstract

Skripsi ini merupakan kajian biografi tematis yang membahas tentang Mbah Djojo Suparto selama menjadi mandor besar perkebunan teh. Fokusnya kajian ini ialah memaparkan dan menganalisis peranan ia sebagai mandor besar perkebunan teh di Halaban dalam dinamika pelaku PDRI. Tujuannya yang ingin dicapai dalam penelitian ini ialah memberikan gambaran tentang sosok Mbah Djojo Suparto serta peranannya sebagai mandor besar perkebunan teh di Halaban. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri atas empat tahap. yaitu : Tahap pertama, ialah mengumpulkan data dari sumber lisan dan tulisan. Data ini diperoleh melalui studi arsip yang diperoleh dari lembaga maupun milik pribadi, studi pustaka dan wawancara bersama orang-orang yang berhubungan dengan orang-orang yang tahu dengan tokoh serta keluarganya. Tahap kedua kritik sumber baik internal maupun eksternal yaitu untuk menguji kesahihan sumber yang isi informasinya tentang tokoh. Tahap ketiga ialah analisis dan interpretasi terhadap data yang diperoleh penulis dari lapangan baik melalui studi kepustakaan maupun wawancara dengan orang yang tahu si tokoh. Tahap keempat ialah mendeskripsikan hasil penelitian dalam bentuk penulisan ilmiah yaitu skripsi yang penulis sedang buat sekarang. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini ialah bahwa Mbah Djojo Suparto yang awalnya hanya sebagai mandor biasa di perkebunan teh di Halaban, sampai pada akhirnya ia diberi kepercayaan oleh Belanda sebagai mandor besar. Karena peranannya itu membuat ia menjadi orang besar, juga orang yang sangat disegani di mata masyarakat. Bukan hanya itu saja ia mampu berdiri di depan masyarakat untuk membela tanah air, dapat dibuktikan dengan sewaktu pembumi hangusan atas aset-aset yang dikuasai Belanda yaitu perkebunan teh. Setelah bumi hangus masyarakat setempat tidak mempunyai pekerjaan, di sinilah Mbah Djojo Suparto berperan di depan agar masyarakatnya memiliki pekerjaan lagi. Dengan usahanya bersama teman-teman seperjuangannya ia mendirikan lagi usaha perkebunan teh itu dengan membuat nama sendiri yaitu Sosro Bahu yang artinya seribu bahu. Dari sinilah masyarakat mendapat pekerjaan lagi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, yang mana buruh/karyawannya itu adalah bekas buruh dari Belanda itu juga dan ditambah dengan masyarakat setempat.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Subjects: D History General and Old World > D History (General)
Divisions: Fakultas Ilmu Sosial > Pendidikan Sejarah - S1
Depositing User: Mrs Risna Juita
Date Deposited: 01 Sep 2020 07:44
Last Modified: 01 Sep 2020 07:44
URI: http://repository.unp.ac.id/id/eprint/28149

Actions (login required)

View Item View Item