Kekerasan Verbal dalam Pilkada DKI Jakarta: Kajian Sosio-Prakmatik-Wacana

Agustina, Agustina and Syahrul, Syahrul and Atmazaki, Atmazaki (2018) Kekerasan Verbal dalam Pilkada DKI Jakarta: Kajian Sosio-Prakmatik-Wacana. Project Report. Pascasarjana UNP, Padang.

[img]
Preview
Text
1_192_lapakh_LAPORANAKHIRfinal-converted1.pdf

Download (314kB) | Preview

Abstract

Pilkada DKI Jakarta 2017 sangat berdampak pada masyarakat Indonesia, terutama dari segi penggunaan bahasa yang bernuansa kekerasan verbal dalam komentar para politikus dan masyarakat pendukung paslon sehingga perlu diteliti ideologi yang melatarbelakanginya. Karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan (1) ideologi yang dianut politikus dan masyarakat, (2) bagaimana ideologi tersebut perepresentasian melalui struktur teks (kosakata, kalimat, kekoherensian-kohesifan) sebagai teori utama penelitian ini. Data didapatkan melalui metode observasi, simak, dan catat dengan teknik pengklipingan dan pengunduhan; lalu diabsahkan dengan teknik triangulasi, dan dianalisis dengan metode analisis isi dan analisis analisis wacana kritis: tahap interaksi dan eksplanasi. Hasil analisis data mengungkapkan bahwa komentar politikus tentang Pilkada dilatarbelakangi oleh ideologi agamaisme dan sekularisme, sedangkan komentar masyarakat dilatatarbelakangi agamaisme, sekularisme, dan liberalisme. Ideologi agamaisme dianut oleh politikus dan masyarakat yang berpihak pada paslon A-S dengan mengusung isu primordial keharusan memilih pemimpin DKI yang mempunyai akidah, syariah, dan akhIlah yang Islami, dengan tujuan memojokkan dan menjatuhkan paslon A-Dj, namun berimplikasi mengunggulkan dan memenangkan paslon A-S. Sebaliknya, ideologi sekularisme dianut oleh politikus dan masyarakat yang berpihak pada paslon A-Dj, dengan mengusung isu yang penting dan pantas dipilih menjadi gubernur DKI adalah orang yang berani, cerdas, dan punya bukti kinerja yang baik, dengan tujuan memojokkan dan menjatuhkan paslon A-S, namun berimplikasi membela dan memenangkan paslon A-Dj. Kedua ideologi tersebut direpresentasikan dengan cara yang berbeda. Politikus yang berkomentar di portal berita online lebih menyasar paslon atau pihak lawan dengan menyebut secara lansung nama pelaku dan sasarannya karena mereka umumnya politikus partai pendukung paslon yang berorientasi pada misinya sehingga komentarnya lebih kompetitif. Sebaliknya, di media cetak cenrderung tidak langsung sehingga lebih menonjolkan objek dan pesan karena .para politikus umumnya elit politik sehingga masih berhati-hati berkomentar di media formal. Lalu, masyarakat umum yang berkomentar di media massa facebook cenderung menyasar paslon atau pihak yang dituju secara langsung karena mereka umumnya tidak menyukai salah satu paslon secara pribadi. Sebaliknya, masyarakat pendukung paslon menggunakan cara langsung untuk memojokkan pihak lawan dan cara tidak langsung untuk mengunggulkan paslon yang didukungnya sebab mereka komunitas pendukung masing-masing paslon yang berorientasi pada misinya sehingga komentarnya lebih lebih kompetitif. Selanjutnya, ideologi liberalisme hanya direpresentasikan oleh masyarakat umum melalui struktur teks sebagai bentuk ketidakberpihakan kepada salah satu paslon, dengan implikasi bahwa kebebasan ‘memilih’ hanyalah mewakili dirinya secara pribadi (bukan kelompok dan partai). Selanjutnya, pandangan netral direpresentasikan oleh politikus dan masyarakat umum sebagai bentuk imbauan agar lebih mengedepankan rasionalistas dan nasionalitas dalam berkomentar supaya tidak terancam kedaulatan bangsa.

Item Type: Monograph (Project Report)
Subjects: P Language and Literature > P Philology. Linguistics
Depositing User: Sudia Ajjronisa S.Sos.
Date Deposited: 11 Feb 2020 07:42
Last Modified: 11 Feb 2020 07:42
URI: http://repository.unp.ac.id/id/eprint/25182

Actions (login required)

View Item View Item