Persoalan SMK Diantara Kualitas dan Kuantitas

Giatman, Muhammad (2008) Persoalan SMK Diantara Kualitas dan Kuantitas. In: Prosiding Seminar Internasional: optimasi Pendidikan Kejujuran dalam Pembangunan SDM Nasional, 3-6 Juni 2008, Padang.

[img]
Preview
Text
Giatman -Prosiding Aptekindo 2008-ok OK.pdf

Download (2MB) | Preview

Abstract

Pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dirancang untuk menyiapkan lulusan yang siap memasuki dunia kerja dan mampu mengembangkan sikap profesional dalam menghadapi tantangan pekerjaan dilapangan kerja. Oleh karena itu lulusan SMK diharapkan dapat menjadi individu yang produktif dan mampu menghadapi persaingan kerja yang semakin ketat, sehingga pada gilirannya akan dapat mengatasi sebagian persoalan bangsa, terutama dalam mengurangi angka pengangguran kerja yang makin lama makin besar. Berdasarkan pemikiran diatas, saat ini pemerintah (Direktur PMDK) sedang menyiapkan kebijakan rasio 70% : 30 % untuk SMK dan SMA. Sebagian besar masyarakat melihat bahwa ini adalah angin segar dalam mengatasi kesenjangan proporsi pendidikan sekolah kejuruan di negara kita. Namun perlu kita kritisi apakah kebijakan ini akan mampu mengatasi persoalan ?, mungkin banyak pihak yang setuju, tapi lebih banyak lagi yang tidak setuju atau ragu-ragu. Persoalan pokoknya, kita sering salah asumsi dalam melihat fenomena persoalan, apakah dengan meningkatkan proporsi SMK masalah pengangguran kerja akan teratasi ?, kalau lulusan SMK tersebut produktif dan profesional, jawabannya tentu ya, dan sebaliknya jika lulusannya tidak produktif dan profesional, masalah tentu akan lebih rumit lagi. Sejauh pemantauan yang ada saat ini lulusan SMK belum mampu manjawab kebutuhan profesional lapangan kerja, banyak stakeholder yang mengeluh dan kurang berminat menerima lulusan SMK dibandingkan lulusan SMA, dengan alasan klasik lulusan SMA terbukti lebih luwes dan inovatif untuk berkembang lebih jauh dari lulusan SMK. Berdasarkan hal tersebut tentu ada sesuatu yang salah, dari analisis sementara penulis meyakini adanya kesalahan asumsi dalam menyusun kurikulum, terutama dalam memahmi konsep keterampilan (skills). Keterampilan sering dipahami sebagai ketarampilan motorik (hard-skill), bukan keterampilan knowledge (Soft-skill). Akibatnya sekolah lebih menekankan pada kemampuan mengerjakan suatu objek tertentu secara kaku, dan apabila objeknya sudah berubah skillnya hilang, sedangkan dunia teknologi sekarang berkembang sangat pesat sekali, teknologi yang ditemui kini besok sudah berubah lagi, oleh karena itu dibutuhkan orang-orang yang mampu beradaptasi dan berinovasi dengan teknologi itu sendiri.

Item Type: Conference or Workshop Item (Paper)
Subjects: L Education > L Education (General)
Divisions: Fakultas Teknik > Pendidikan Teknik Bangunan - S1
Depositing User: Mrs. Wiwi Sartika
Date Deposited: 23 Jul 2018 03:56
Last Modified: 20 Aug 2018 02:41
URI: http://repository.unp.ac.id/id/eprint/15003

Actions (login required)

View Item View Item